Jumat, 29 Oktober 2010

Manaqib Imam Ali menurut al-Zamakhsyari al-Mu'tazily

Ini adalah ringkasan keutamaan Ali yang dikumpulkan al-Zamakhsyari dari kumpulan manaqib sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga.


Pertama, Ia adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak dan orang yang pertama masuk surga dari umat Islam. Nabi saw bersabda, "Wahai Ali, engkau adalah orang yang pertama mengetuk pintu surga dan engkau akan memasukinya tanpa hisab setelahku."


Kedua, Ia merupakan orang yang ditugaskan untuk menjaga dan mengembalikan amanah-amanah orang yang berada di rumah Rasulullah saat beliau hijrah.setelah itu, ia berada di Mekkah selama tiga hari tiga malam, hingga selesai mengembalikan amanah-amanah orang yang ada di rumah Rasulullah. kemudian ia menjadi wakil Rasulullah untuk menjaga anak-anak dan wanita di Madinah, saat pasukan Islam pergi ke Tabuk, sehingga ia menangis dan berkata, "Wahai Rasulullah, orang-orang Quraisy nanti akan berkata (menyaksikan hal ini), Rasulullah telah menurunkan derajatmu sehingga dia meninggalkanmu."Nabi saw menjawab, "Apakah engkau tidak senang jika engkau di sisiku bagaikan Harun terhadap Musa, tetapi tidak ada lagi nabi setelahku."


Ketiga, Saat rasulullah mempersaudarakan kalangan Muhajirin dan Anshar, beliau menjadikan Ali sebagai saudaranya yang mulia. dan bersabda kepadanya, "Engkau adalah saudara dan sahabatku di dunia dan di akhirat."


Keempat, ia dipuji sebagai Sayyid. seperti diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda kepada Fatimah, "Suamimu adalah sayyid di dunia dan di akhirat."


Kelima, ia adalah seorang sahabat yang paling pintar dalam masalah hukum. sesuai sabda Nabi saw, "Orang yang paling pandai dalam masalah hukum dari kalian adalah Ali."


Keenam, ia adalah seorang yang dicintai oleh kaum mukminin dan dibenci oleh orang-orang munafik. Nabi saw bersabda, "Orang yang mencintaimu adalah orang mukminin dan yang membencimu adalah orang munafik."


Ketujuh, ia adalah seseorang yang memiliki pendengaran yang tajam. Al-Zamakhsyari menjelaskan dengan istilah udzunun wa'iyah, yaitu selalu sadar dan mengingat apa yang didengarnya, dan tidak melupakannya meskipun telah disibukkan dengan pekerjaan yang lain. Artinya Rasulullah telah mendoakan Ali untuk cemerlang dalam kecerdasan, pemahaman, kesadaran, dan kerja. Doa ini tidak pernah diberikan kepada orang lain, hanya Ali sendiri yang mendapatkan doa ini.


Kedelapan, Ali mengumpulkan tiga kemuliaan yang belum pernah dimiliki secara bersamaan oleh sahabat lain, seperti diriwayatkan dari Rasulullah, bahwa beliau bersabda kepadanya, "Wahai Ali, engkau diberikan anugerah tiga hal yang belum pernah diberikan kepada orang selainmu; seorang besan sepertiku, istri seperti Fatimah, dan dua putra seperti Hasan dan Husayn."


Kesembilan, Ali pernah menaiki kedua pundak Rasulullah saw. Diriwayatkan Ali dalam kisah penghancuran berhala-berhala, ia berkata, Rasulullah datang ke Ka'bah dan berkata kepadaku, "Duduklah", maka aku pun duduk. kemudian beliau menaiki pundakku. berikutnya beliau bersabda, "Bangunlah" maka aku pun bangun. karena beliau mengetahui kelemahanku jika berada di bawah. Kemudian beliau bersabda, "Duduklah", maka aku pun duduk. berikutnya, Rasulullah saw mengangkatku, sehingga tergambar bagiku, jika aku ingin, niscaya aku dapat meraih puncak langit. Aku kemudian naik ke Ka'bah dan Rasulullah pun bergeser dari tempatnya dan bersabda, "Lemparkanlah berhala mereka yang paling besar itu, berhala suku Quraisy".Berhala tersebut terbuat dari tembaga yang ditempelkan kedasarnya dengan paku-paku dari besi. Rasulullah saw memerintahkan, "Cabutlah". Maka aku pun berusaha mencabutinya hingga aku dapat mengangkat patung itu. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan, "Lemparlah patung itu", maka aku melemparkannya ke bawah hingga patung tersebut pecah. Aku kemudian turun dari atas Ka'bah. Dan aku bersama Nabi saw berjalan dengan tergesa karena khawatir ada seseorang dari suku Quraisy atau lainnya yang memergoki kami."


Kesepuluh, ia mendapatkan bagian Jibril dari rampasan perang Tabuk. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saat memasuki perang Tabuk, memerintahkan Ali untuk menjadi penjaga kota Madinah. Saat Allah memenangkan Rasul-Nya dan kaum muslim mendapatkan harta rampasan perang, Rasulullah duduk dan membagi-bagikan rampasan perang tersebut kepada kaum muslim, masing-masing satu bagian, sementara memberikan Ali dua bagian.Melihat hal itu, seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah apakah hal itu (memberikan Ali dua bagian) berdasarkan wahyu yang turun dari langit atau semata kebijaksanaan engkau?Rasulullah menjawab, "Apakah kalian melihat di ujung kanan kalian seorang yang mengendarai kuda belang merah dengan sedikit putih di mukanya, memakai surban hijau dengan ujung rambut yang tergerai ke pundaknya, dan di tangannya ada kelewang. Saat ia menyerang musuh di bagian kanan, bagian kiri dan bagian tengah, ia mampu melumpuhkan musuh. Para sahabat menjawab, "Benar, kami melihatnya." Rasulullah bersabda, "Dia adalah Jibril. Dia memerintah kepadaku untuk memberikan bagian rampasan perangnya kepada Ali."


Kesebelas, Rasulullah menamakannya Ya'sub al-Mu'minin. Ya'sub adalah pangeran tawon, yang diikuti oleh tawon-tawon lain, yang bekerja untuk kepentingan tawon yang lain, dan tempat mengadu tawon-tawon yang lain.Dalam suatu riwayat, Ali mengatakan, "Aku adalah Ya'sub al-Mu'minin, sementara harta adalah ya'sub kaum kafirin dan munafikin."

PRAY FOR INDONESIA

Seperti yang Anda semua mungkin sudah ketahui, bahwa negeri kita Indonesia, telah mengalami  Bencana Alam yang terjadi dalam waktu yang beruntun.

☼ Ada Banjir di beberapa kota. 
☼ Ada Tsunami Di Barat Sumatera Pulau Mentawai-Pagai. 
- Hitungan Terakhir>: 337 Meninggal, 334 Hilang, 264 Luka Berat. 
☼ Ada Letusan Gunung Berapi (gunung Merapi), di Yogyakarta.
 - Hitungan Terakhir>: 34 Meninggal.

Atas nama pribadi, kami turut belasungkawa yang terdalam, semoga arwah para korban diterima sisi NYA, dan yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini.

Tidak banyak yang dapat kita lakukan, hanya Berdoa kepada Yang Mahakuasa, bahwa kita semua diberi kekuatan untuk menghadapi cobaan ini.

Senin, 18 Oktober 2010

Keutamaan dan Manfaat Sholawat

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas nabi. Hai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu atas nabi dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS al – Ahzab : 56)

Ketika nabi muhammad saw pergi ke langit Nabi saw melihat satu malaikat yang memiliki seribu sayap dan setiap sayap terdiri dari seribu tangan dan setiap tangan memiliki seribu jari, Nabi saw ketika melihat hal ini Nabi saw bertanya kepada Jibril as tentang apa tugas malaikat itu?

Jibril menjawab bahwa malaikat itu bertugas menghitung setiap tetes air yang turun dari langit dari zaman nabi adam as sampai hari kiamat.
Kemudian Nabi saw menemui malaikat tersebut dan memujinya karena sangat tepat menghitung tetesan air hujan dan sangat teliti dalam menghitungnya..
Kemudian malaikat itu berkata kepada Nabi saw bahwa memang tugasnya menghitung tetesan air hujan tapi masih ada yang tidak bisa dia hitung.
Nabi sawberatanya kepada malaikat tersebut tentang apa yang tidak bisa dihitungnya.
Malaikat menjawab: Aku tidak bisa menghitung pahala orang yang bersolawat kepada mu dan keluargamu…….

Allah swt menciptakan 7 gunung di langit, setiap gunung dipenuhi oleh malaikat yang tak terhitung jumlahnya, disetiap gunung para malaikat selalu bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan semua pahalanya itu diberikan kepada siapa saja yang bersholawat kepada Nabi Muhammad saww dan Ahlulbaitnya as.
sholawat!!!!!!!! Allahumma sholli ala Muhammad wa alimuhammad.

Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak shalawat atasku.” (HR. Tirmidzi)

Orang yang selalu bershalawat atas Nabi Muhammad SAW akan merasakan fadhilah dan keutamaan dari shalawat tersebut. Ada beberapa hadist yang menjelaskan fadhilah dan keutamaan dari shalawat, satu diantaranya berbunyi “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." (HR. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga). Dalam hadist lainnya, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa'atku." (HR. Thabarani)

Namun, barangsiapa yang melalaikan dan enggan untuk bershalawat atas Nabi Muhammad SAW, maka ia juga akan merasakan akibat dan dampak dari kelalaiannya itu. Rasulullah SAW bersabda “Termasuk orang yang bakhil adalah orang yang apabila namaku disebut ia tidak bershalawat atasku.” (HR. Tirmidzi)

"Bershalawatlah kamu kepadaku, karena shalawatmu itu menjadi zakat (penghening jiwa pembersih dosa) untukmu." (HR. IbnMurdaweh)

"Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai per-sidangan hari raya. Bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu sampai kepadaku dimana saja kamu berada." (HR. Al-Nasâ'i, Abû Dâud dan dishahihkan oleh Al-Nawâwî).

Selain itu Nabi Muhammad SAW juga bersabda :

"Barangsiapa menulis shalawat, maka malaikat akan beristighfar untuknya, selama tulisan itu masih ada."

"Barangsiapa yang ingin berjumpa dan memperoleh ridla Allah, maka perbanyaklah membaca shalawat."

"Hendaklah kalian memperbanyak membaca shalawat karena akan menjadi cahaya dalam kubur, ketika melewati Shiratal Mustaqim, dan akan menjadi nur yang bercahaya di dalam surga."

"Dengan selalu membaca shalawat akan meredakan murka Allah serta mematahkan tipu daya setan."

Ibnu Jauzi dalam kitab al-Busthan menulis :

"Apabila ada orang dalam suatu majelis pertemuan tida membaca shalawat kepada Nabi SAW, maka ia akan keluar dari majelis itu dengan bau tak sedap. Sebaliknya jika orang yang keluar dari suatu majelis sambil membaca shalawat, maka baunya akan lebih harum daripada minyak wangi, sebab Rasulullah SAW adalah manusia yang paling harum diantara yang harum, yang paling suci diantara orang-orang suci. Jika Nabi SAW sedang menghadiri suatu majelis dan berbicara diantara mereka, maka majelis itu penuh dengan aroma Misik."

Besar sekali pahala dan kehebatan serta fadlilah shalawat kepada Nabi SAW. Hendaklah orang beriman selalu mengucapkan shalawat, karena Rasulullah SAW adalah perantara yang agung dari seluruh rahmat dan kenikmatan yang telah diterima manusia.

Fadlilah atau keutamaan membaca shalawat, diantaranya adalah untuk menerangi hati yang gelap, menghindari kepikunan, sebagai wasilah dengan Allah, memudahkan masuknya rizki.

Dalam sebuah hadits diterangkan :

"Pada suatu hari Jibril datang kepadaku, membawa berita gembira yang belum pernah disampaikan kepadaku. Ia menjelaskan bahwa barangsiapa diantara umatku mengucapkan shalawat satu kali, maka Allah akan menganugerahkan untuknya seratus kebaikan. Barangsiapa yang membaca shalawat seratus kali, maka Allah akan menganugerahkan untuknya seribu kebaikan, kemudian memasukkan mereka ke surga, dan mengharamkan mereka masuk neraka."

Berkata Al-Faqîh Ibn Hajar Al-Haitamî dalam Al-Zawâjir: "Tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. ketika orang menyebut namanya, adalah merupakan dosa besar yang keenampuluh."

"Apakah tidak lebih baik saya khabarkan ke-padamu tentang orang yang dipandang sebagai manusia yang sekikir-kikirnya? Menjawab sahabat : Baik benar, ya Rasulullah. Maka Nabi-pun bersabda : Orang yang disebut namaku dihadapannya, maka ia tidak bershalawat ke-padaku, itulah manusia yang sekikir-kikirnya." (HR. Al-Turmudzû dari 'Ali).

"Kaum mana saja yang duduk dalam suatu majelis dan melamakan duduknya dalam majelis itu, kemudian mereka bubar dengan tidak menyebut nama Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi, niscaya mereka menghadapi kekurangan dari Allah. Jika Allah meng-hendaki, Allah akan mengadzab mereka dan jika Allah menghendaki, Allah akan memberi ampunan kepada mereka. " (HR Al-Turmudzî).

"Manusia yang paling utama terhadap diriku pada hari qiamat, ialah manusia yang paling banyak bershalawat untukku." (HR. Al-Turmudzî).

"Jibril telah datang kepadaku dan berkata: 'Tidakkah engkau ridha (merasa puas) wahai Muhammad, bahwasanya tak seorang pun dari umatmu bershalawat untukmu satu kali, kecuali aku akan bershalawat untuknya sebanyak sepuluh kali? Dan tak seorang pun dari umatmu mengucapkan salam kepadamu, kecuali aku akan meng-ucapkan salam kepadanya sebanyak sepuluh kali?! (HR. Al-Nasâ'i dan Ibn Hibban, dari Abû Thalhah).

Sabda Rasulullah Saw. yang Artinya: "Barangsiapa -ketika mendengar azan dan iqamat mengucapkan: "Allâhumma Rabba Hâdzih al-Da'wât al-Tâmmah, wa al-Shalât al-Qâ'imati, shalli 'alâ muhammadin 'abdika wa Rasûlika, wa A'tihi al-Washîlata wa al-Fadhîlata, wa al-Darâjata al-Râfi'ata, wa al-Syafâ'ata yawm al-Qiyâmati (Artinya: "Ya Allah, ya Tuhannya seruan yang sempurna ini, serta shalat yang segera didirikan ini, limpahkanlah shalawat untuk Muhammad, hamba dan rasul-Mu. Dan berilah ia wasilah dan fadilah serta derajat yang amat tinggi dan (izin untuk) bersyafaat pada hari Kiamat)..., maka (bagi siapa yang mengucapkan doa tersebut) niscaya akan beroleh syafaatku kelak."

Al-Ghazali didalam kitabnya Ihyâ 'Ulûm al-Dîn menceritakan seorang dari mereka (seorang dari kalangan ulama, sufi, ahli ibadah dsb.) pernah berkata: "Sementara aku menulis (catatan tentang) beberapa hadis, aku selalu mengiringinya dengan menuliskan shalawat untuk Nabi Saw., tanpa melengkapinya dengan salam untuk beliau. Malamnya aku berjumpa dengan beliau dalam mimpi, dan beliau berkata kepadaku: 'Tidakkah sebaiknya engkau melengkapi shalawatmu untukku dalam bukumu itu?' Maka sejak itu, tak pernah aku mengucapkan shalawat kecuali melengkapinya dengan ucapan salam untuk beliau."

Diriwayatkan dari Abû Al-Hasan, katanya: "Aku pernah berjumpa dengan Nabi Saw. dalam mimpi, lalu kukatakan kepada beliau: 'Ya Rasulullah, apa kiranya ganjaran bagi Al-Syâfi'i, ketika ia bershalawat untukmu dalam kitabnya: Al-Risâlah dengan ungkapan: 'Semoga Allah bershalawat atas Muhammad setiap kali ia disebut oleh para penyebut, dan setiap kali sebutan tentangnya dilalaikan oleh para pelalai?' Maka Nabi Saw. menjawab: 'Karena ucapannya itu, ia dibebaskan dari keharusan menghadapi perhitungan (hisab pada hari Kiamat).'"

Dalam kitab yang sama (Ihya) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatganda-nya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya ter-cakup :

01) Pembaharuan iman kepada Allah.
02) Pembaharuan iman kepada Rasul.
03) Pengagungan terhadap Rasul.
04) Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
05) Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
06) Dzikrullah.
07) Menyebut orang-orang yang shalih.
08) Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
09) Bersungguh-sungguh dan tadharru' dalam berdoa.
10) Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah

Masih banyak keutamaan-keutamaan bagi orang-orang yang melakukan atau membaca shalawat atas Nabi. Namun penyusun hanya menukil beberapa hadis dan qawl (perkataan) ulama.

Adapun faedah atau manfaat bershalawat atas Nabi Muhammad Saw. sebagaimana dijelaskan hadis-hadis di atas terdapat sembilan belas perkara, yakni:

01) Memperoleh curahan rahmat dan kebajikan dari pada Allah Swt.;
02) Menghasilkan kebaikan, meninggikan derajat dan menghapuskan kejahatan;
03) Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman, apabila kita membacanya 100 Kali;
04) Menjauhkan kerugian, penyesalan dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang shalih;
05) Mendekatkan diri kepada Allah;
06) Memperoleh pahala seperti pahala memerdekakan budak;
07) Menghasilkan syafa'at;
08) Memperoleh penyertaan dari Malaikat rahmah;
09) Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi; Seseorang yang bershashalawat dan bersalam kepada Nabi, shalawat dan salamnya itu disampaikan kepada Nabi;
10) Membuka kesempatan berbicara dengan Nabi Saw.;
11) Menghilangkan kesusahan, kegundahan dan meluaskan rezeki;
12) Melapangkan dada. Apabila seseorang membaca shalawat 100 kali, maka Allah akan melapangkan dadanya dan memberikan penerangan yang sinar seminarnya ke dalam hatinya;
13) Menghapuskan dosa. Apabila seseorang membaca dengan tetap tiga kali setiap hari, maka Allah akan menghapuskan dosanya;
14) Menggantikan shadaqah bagi orang yang tidak sanggup bershadaqah;
15) Melipatgandakan pahala yang diperoleh. Apabila seseorang bershalawat di hari Jumat, maka Tuhan akan memberikan kepadanya pahala yang berlipat ganda;
16) Mendekatkan kedudukan kepada Rasulullah di hari qiamat. Menyebabkan doa bisa diterima oleh Allah.
17) Menyebabkan doa bisa diterima oleh Allah;
18) Melepaskan diri dari kebingungan di hari qiamat. Apabila seseorang meninggalkan shalawat kepada Nabi, maka ia akan menghadapi kebingungan dan kekacauan di hari mahsyar;

Memenuhi satu hak Nabi, atau menunaikan suatu tugas ibadat yang diwajibkan atas kita Apabila sese-orang tidak bershalawat, berartilah ia enggan memenuhi suatu haq Nabi yang wajib ia penuhi.


IMAM AL-BUKHARI menyebutkan dari Ka’ab bin ‘Ajrah yang berkata bahwa Nabi ditanya: “Ya Rasulu-llah, salam kepada Tuan telah kami ketahui, namun bagaimana dengan shalawat?” Rasulullah menjawab, “Katakanlah oleh kalian, ‘Allahumma shalli ‘ala Muham-mad wa âli Muhammad”

Sebagian Hadis Ahlul Bait tentang Keutamaan Shalawat

1. Nabi Muhammad saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali dan meng-hapus kesalahannya, menetapkan 10 kebajikan baginya dan kedua malaikat yang ada di sisi-nya akan berlomba menyampaikan (salam) ruh-ku kepadanya.”

2. Nabi Muhammad saw bersabda: “Siapa yang di sisinya namaku disebutkan lalu ia lupa ber-shalawat kepadaku maka akan dilambatkan baginya jalan ke surga.”

3. Rasulullah saw bersabda: “Jibril mendatangi-ku dan membawa berita gembira kepadaku, sesungguhnya Allah berfirman, ‘Siapa yang bershalawat kepadamu maka Aku akan bersha-lawat kepadanya, siapa yang mengucapkan sa-lam kepadamu maka Aku akan mengucapkan salam kepadanya.’ Maka akupun sujud (ber-syukur) karena hal itu.”

4. Nabi Muhammad saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku tiga kali di siang hari dan tiga kali di waktu malam karena cinta kepa-daku dan rindu kepadaku maka Allah berhak mengampuni dosa-dosanya untuk malam dan siang harinya.”

5. Imam Ja’far bin Muhammad al-Shadiq berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Keraskan su-ara kalian dalam bershalawat kepadaku. Se-sungguhnya shalawat itu menghilangkan nifaq (sifat munafik).”

6. Imam ‘Ali bin Abi Thalib berkata: “Shalawat kepada Nabi dan keluarganya akan mengha-pus kesalahan, sedemikian hingga lebih cepat daripada air memadamkan api; dan salam kepada Nabi dan keluarganya lebih utama daripada membebaskan hamba sahaya.”

7. Abu ‘Abdillah bertanya kepada sahabatnya: “Maukah kuberitahu sesuatu yang dengannya Allah memelihara wajahmu dari panasnya api neraka.” “Ya,” jawab mereka. “Katakanlah sete-lah fajar Allahumma shalli ‘ala Muhammad waâli Muhammad sebanyak seratus kali kelak Allah akan memeliharamu dari panasnya api nera-ka.”

8. Imam ‘Ali bin Musa al-Ridha berkata: “Siapa yang tidak mempunyai sesuatu yang bisa meng-gugurkan dosa-dosanya, hendaklah ia mem-perbanyak shalawat kepada Muhammad dan keluarganya karena sesungguhnya shalawat itu akan menghapus dosa-dosanya.”

9. Imam Ja’far bin Muhammad al-Shadiq ber-kata: “Shalawat kepada Nabi adalah wajib pa-da segala tempat, ketika bersin, melihat angin kencang dan lain sebagainya.” Imam ditanya, “Aku masuk ke Bait al-Haram sementara aku tahu doa apapun (yang dibaca) kecuali sha-lawat kepada Muhammad dan keluarganya.” Berkata Imam al-Shâdiq: “Sesungguhnya eng-kau telah melakukan sesuatu yang paling baik dari yang dilakukan oleh orang lain.”

10. Abu ‘Abdillah berkata: “Jika kalian berdoa ke-pada Allah hendaklah memulainya dengan shalawat kepada Nabi dan keluarganya karena shalawat kepada Nabi dan keluarganya diteri-ma di sisi Allah. Allah tidak menerima (seba-gian doa) dan menolak sebagian yang lain.”

11. Imam Ja’far al-Shâdiq berkata bahwa Rasulu-llah saw bersabda: “Sesungguhnya shalawat ke-padaku adalah (syarat di)ijabah doa-doamu dan ia adalah zakat (penyuci) untuk amal-amal-mu.”

12. Abu ‘Abdillah ditanya tentang makna ayat “In-nallâha wa malaikatahu yushallûna ‘alan Nabi…” (QS. 33:56). Beliau menjawab: “Shalawat dari sisi Allah sesungguhnya rahmat, dari sisi mala-ikat berarti penyucian (tazkiyah) dan dari sisi manusia berarti doa. Adapun firman Allah ‘wa sallimû taslîma’ adalah salam kepada Muham-mad saw.”

13. Imam Muhammad al-Baqir berkata bahwa Ra-sulullah saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku dan tidak bershalawat kepada keluar-gaku maka ia tidak akan mencium bau surga, padahal baunya akan tercium sejauh perjala-nan 500 tahun.”

Orang yang sering membaca shalawat kepada Nabi SAW hidupnya dijauhkan dari kesedihan dan kerupekan, baik sewaktu di dunianya maupun di akhirat kelak, sehingga ia menjalani hidupnya dengan damai dan sejahtera. Lebih - lebih untuk kehidupannya di akhirat, ia akan mendapat syafaat dari Nabi SAW sehingga ia tidak mengalami kesedihan, bak pada saat penimbangan amal, ketika berada di makhsyar maupun saat melewati shirat.

Terhapusnya kesedihan orang yang membaca shalawat ini telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam suatu kisah :

Ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW, seraya berkata :

"Ya Rasulullah, sesungguhnya aku banyak membaca shalawat untukmu. Berapakah seharusnya yang harus aku berikan kepadamu dari shalawat itu?"

"Sekehendakmu". Jawab Nabi SAW

"Seperempat?". Tanya orang itu.

Beliau menjawab :"Sekehendakmu, tapi kalau kamu tambah, maka itu lebih baik bagimu."
"Setengah?" Tanyanya pula.

Beliau menjawab : "Sekehendakmu, tapi kalau kamu tambah, maka itu lebih baik bagimu."

"Dua pertiga?". Tanyanya lagi.

Beliau menjawab :"Sekehendakmu, tapi kalau kamu tambah, maka itu lebih baik."
Maka orang itu berkata : "Ya Rasulullah, kalau begitu, aku berikan shalawatku seluruhnya untukmu."
Beliau lantas berkata : "Kalau begitu akan menghapus kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni"

Selain itu, orang yang membaca shalawat ketika di hari kiamat tidak akan mengalami rintangan - rintangan yang menakutkan.

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW : "Sesungguhnya orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku-lah, kelak di hari kiamat yang paling bersih dan bebas dari urusan dan tempat - tempat giris, menakutkan"

Demikian diantara hikmah dan keuntungan dalam membaca shalawat kepada Nabi SAW, dan masih banyak lagi faedah - faedahnya yang lain. Karena itu kelak akan sangat menyesal orang - orang yang tidak mau membaca shalawat kepada Nabinya.


اللهم صل على محمد وآل محمد

يَادَآئِمَ اْلفَضْلِ عَلَى اْلبَرِيَّةِ، يَابَاسِطَ اْليَدَيْنِ بِالْعَطِيَّةِ،
يَاصَاحِبَ الْمَوَاهِبِ السَّنِيَّةِ، صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ خَيْرِ الْوَرَى سَجِيَّةً،

اللهم صل على محمد وآل محمد


sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya

Wahai Yang Selalu Memberi karunia pada makhluk-Nya
Wahai yang tangan-Nya terbuka dengan pemberian-Nya
Wahai Pemilik karunia yang mulia
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
manusia yang terbaik akhlaknya

sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya

Agama Cinta

Pada zaman dahulu, hidup seorang gembala yang bersemangat bebas. Ia tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan; hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan. Sepanjang hari ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, “Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku pada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernafas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ingin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu.”


Suatu hari, seorang pemuka agama melewati padang gembalaan tersebut dalam perjalanannya menuju kota. Ia memperhatikan sang gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit.. Sang gembala menyapa Tuhan, “Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasut-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?”


Mendengar ucapan tersebut sang pemuka agama tadi mendekati gembala itu dan bertanya, “Dengan siapa kamu berbicara?” Gembala menjawab, “Dengan Dia yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, bumi dan langit.” Pemuka agama tadi menjadi murka mendengar jawaban gembala itu, “Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! yang kamu ucapkan adalah kekafiran!. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!”


Sang gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang pemuka agama. Ia bergetar ketakutan. Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan pemuka agama yang terus berkata, “Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa, sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil, yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak. Tuhan Mahasempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!”


Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga tak mengerti mengapa pemuka agama yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh tapi ia tahu betul bahwa seorang pemuka agama pastilah lebih mengetahui dari siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya. Ia berkata kepada pemuka agama tadi, “Kau telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak ini aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya.” Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.


Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, sang pemuka agama melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba Allah Yang Mahakuasa menegurnya, “Mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintainya? Padahal selayaknya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya.” Sang pemuka agama tadi mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut. Tuhan berfirman, “Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan daripadanya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat. Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami, walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna.”


Suara dari langit selanjutnya berkata, “Mereka yang terikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta. Dan umat yang beragama bukanlah umat yang mengikuti cinta. Karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri.” Tuhan kemudian mengajarkan kepada pemuka agama tersebut mengenai rahasia cinta.


Setelah memperoleh pelajaran itu, ia mengerti kesalahannya. Sang pemuka agama itu pun merasa menderita, penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari Pemuka agama tersebut berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui gembala yang dicarinya. Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir-hampir Ia kehilangan harapan tetapi akhirnya Ia berjumpa dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air. Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan kedatangan Pemuka agama yang telah menunggunya cukup lama.


Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat kepada sang Pemuka agama. Pemuka agama itu berkata, “Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku, bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih. Karena apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia.” Sang gembala hanya menjawab sederhana, “Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya. Aku tak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku.” Kemudian ia bangkit dan meninggalkan Pemuka agama tersebut yang terdiam membisu


Pemuka agama menatap gembala itu sampai ia tak kelihatan lagi. Setelah itu ia kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.


Cerita di atas melukiskan kepada kita bahwa ada sekelompok orang yang mengambil cinta sebagai agamanya. Kalau seseorang telah meledakkan kecintaannya kepada Tuhan, dia tidak lagi dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah swt. Di dalam cinta, kata-kata menjadi tidak punya makna.


Dari kisah ini juga kita belajar bahwa untuk dapat mendekati Allah swt, tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi atau ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan kita tentang syariat membutakan kita menjadi merasa paling benar sendiri (sombong) yang menyebabkan kita menjadi jauh dari Tuhan. Tidak jarang ilmu menjadi hijab yang menghalangi kita dengan Allah swt.


Kita akhiri kisah ini dengan sabda Nabi saw, “Innallâha lâ yanzhuru illâ shuwarikum walakinallâha yanzhuru illâ qulûbikum. Ketahuilah, sesungguhnya Tuhan tidak memperhatikan bentuk-bentuk luar kamu. Yang Tuhan perhatikan adalah hati kamu.” []
wallauhua'lam bissowab

Abu Thalib Mukmin Sejati

Agama Allah tegak berkat dukungan paman Nabi Saydina Abu Thalib r.a dan sokongan istri Nabi Khadijah a.s
Berkata Saydina Abu Thalib r.a : "Demi Allah barangsiapa yang mengikuti petunjuknya (Muhammad) ia akan mendapat kebahagiaan di masa datang. Dan kalian Bani Hasyim, masuklah kepada seruan Muhammad dan percayailah dia. Kalian akan berhasil dan diberi petunjuk yang benar. Sesungguhnya ia adalah penunjuk ke jalan yang benar.”

Dalam Syair nya, ia melantunkan :
Kami mengetahui bahwa Muhammad adalah seorang Nabi sebagaimana Musa
la telah diramalkan pada kitab-kitab sebelumnya
Wajahnya yang memancarkan cahaya merupakan perantara tururmya hujan
la adalah mata air bagi para yatim piatu dan pelindung para janda.

Kita ketahui dalam sejarah, bagaimana orang kafir qurais menjadi risau dan takut karena pembelaan yang dilakukan oleh Sang penjaga Ka'bah ini kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah bisa leluasa mengajarkan agama Allah kepada pengikutnya ketika paman beliau r.a ini masih hidup.
“Abu Thalib…..Abu Thalib…..telah menjadi pembela Muhammad! Apa yang harus kita perbuat?” ujar kaum kafir Quraisy kepada Abu Sufyan".
Dengan sinar mata yang penuh dengan ketulusan Muhammad menatap wajah bening Abu Thalib, sementara mata liar dan garang kaum kafir Quraisy ingin menerkamnya.
Muhammad mendengar getaran suara sang paman, Abu Thalib, yang jelas gaungnya : “Teruskan misi sucimu! Demi Allah mereka tak akan pernah menyentuhmu, sehingga keningku berkalang tanah.” Suara itu pun melangit, menerobos seantero Makkah. Bagi dunia, mungkin Abu Thalib hanya seorang pribadi, namun bagi Muhammad, Abu Thalib bahkan lebih berarti dari dunia beserta isinya. Mengapa orang seperti Abu Sufyan, yang demikian getol memusuhi Nabi saw dan akhirnya memeluk Islam secara terpaksa, telah dicatat sejarah sebagai seorang Muslim sejati? Sementara Abu Thalib, paman Nabi, yang mengasuh, melindungi, dan membelanya dengan seluruh harta dan jiwa raganya, telah divonis sejarah sebagai seorang yang harus masuk neraka?

Mungkinkah orang yang berani mengorbankan nyawa demi ajaran dan kecintaannya kepada Muhammad kemudian menyuruh orang lain mengikuti ajaran Muhammad secara terang-terangan dikatakan tidak mengucapkan kalimat shahadat karena takut ? sungguh suatu yang tidak masuk akal sama sekali !!

Ternyata sejarah sering memanipulasi pribadi-pribadi tulus dan mulia hanya untuk kepentingan sebuah hirarki yang sedang berkuasa. Abu Thalib adalah korban manipulasi sejarah yang di goreskan oleh pena-pena jahil dan kotor, yang tintanya dibayar oleh para penguasa yang bertendensi buruk terhadap Islam.

Riwayat-riwayat yang menyatakan Saidina Abu Thalib r.a mati dalam keadaan kafir perawihnya adalah Abu Hurairah yang disepakati Di­sepakati oleh Para ahli tarikh bahwa Abu Hurairah masuk Islam. pada perang Khaibar, tahun ketujuh Hijri. semantara Saydina Abu Thalib meninggal satu atau dua tahun sebelum hijrah.

Sementara ayat yang selalu dikaitkan dengan kekafiran Abu Thalib, yaitu Al-Tawbah 113 — melarang Nabi memohonkan ampunan bagi orang musyrik. Nabi ingin sekali Abu Thalib mendapat petunjuk Allah, tetapi Allah menegurnya, “Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai; sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya [al-Qashash 56], dapat dikatakan tadlis.
Surah ‘Al-Tawbah 113, menurut “para ahli tafsir, termasuk ayat yang terakhir turun di Madinah. Sementara itu, surah Al Qashash turun pada waktu perang Uhud. Sekali lagi kita ingatkan, Abu Thalib meninggal di Makkah sebelum Nabi berhijrah. jadi antara kematian Abu Thalib `dan turunnya kedua ayat itu ada jarak bertahun-tahun; begitu Pula ada jarak bertahun-tahun antara kedua ayat tersebut.

Telaah yang mendalarn tentang sejarah Rasulullah saw. dan riwayat Abu Thalib akan membawa kita kepada kesimpulan bahwa Abu Thalib itu Mukmin. Lalu, mengapa Abu Thalib menjadi kafir sedangkan Abu Sufyan menjadi Muslim, Abu Thalib: adalah ayah `Ali. dan. Abu Sufyan adalah ayah Mu`awiyah. Ketika Mu`awiyah berkuasa, dia berusaha mendiskreditkan ‘Ali dan keluarganya. Para ulama disewa untuk memberikan fatwa yang menyudutkan keluarga Ali -lawan politiknya, Bagi ulama, tidak ada senjata yang paling ampuh selain hadis. Maka lahirlah riwayat-riwayat yang mengkafirkan Abu Thalib.

Minggu, 17 Oktober 2010

DIBALIK NAMA e-Graffiti

Apalah arti sebuah nama? Begitulah bunyi sebuah pepatah. Mungkin sebahagian orang ga terlalu mempermasalahkan sebuah nama. Tapi bagi ana, nama memiliki arti yang sangat penting untuk menjelaskan akan sesuatu hal. Cukup lama dan membingungkan untuk memberi nama buat blog ana ini. Maklumlah, ana adalah pemula yang sama sekali ga mengetahui tentang dunia baru ini. 

Graffiti berasal dari bahasa Itali, graffiato yang merupakan bentuk lampau dari graffiare yang berarti membuat goresan. Lalu dirunut ke akar kata latinnya yaitu graphein, berarti menulis. Dalam bahasa modernnya, graffiti merupakan seni coretan baik dalam bentuk gambar atau tulisan yang dibuat pada berbagai permukaan dengan menggunakan cat semprot. 

Nah, berdasarkan pengertian tersebut, ana mengambil nama itu sebagai nama blog ini. Alasan dibalik penamaan blog ini, adalah keinginan ana untuk dapat menuangkan apa yang ada dalam benak ana, baik dalam bentuk tulisan atau apa pun. Paling ga, ana berharap coretan-coretan ana ada manfaatnya buat ana atau siapa pun yang sempat mampir di blog ana ini. Sebagai pemula, ana mohonkan masukan konstruktif buat blog ini.

Salam

Sabtu, 16 Oktober 2010

WELCOME TO UNKNOW WORLD

Sabtu, tanggal 16 oktober 2010 at 4.54 PM. Ga tau kenapa ana harus berada di sini. Dunia baru yang sama sekali ga dikenali. Sesuatu yang baru buat ana. Tapi berharap ini merupakan awal yang baik buat ana akan keterampilan corat-coret. Maklumlah, ana ga begitu tertarik ma yang namanya corat-coret. Tertarik mambaca aja baru taon kemarin, tapi alhamdulillah lah dari pada ga sama sekali. Kata orang ''lebih baek telat dari pada ga sama sekali" hi. Berharap bisa memberi dan memperoleh maanfaat dari blog ini. Berharap juga bukan hanya sekedar sementara aja. Pengen jadi blogger sejati nantinya, semoga. Jadi coretannya ga  akan amburadul kayak gini lagi.Congratz tuk launching blog ana, hi d^_^b

Salam